Aku menyimpan segala tentangmu di dalam tulisan yang terus ku coretkan. ku paparkan kertas media tumpahan airmata untuk ku berkeluh kesah merobek gelisah akan nyata yang tak pasti. Lalu kuteteskan tinta satu satu ----- menjadi kalimat tentangmu. Aku mengerti ini adalah soal perihal hati yang tak kunjung reda , perihal cinta yang kini masih milikmu. Tulisan ku hanya menulis tentang , bagaimana hati ini membelokan arah ketika sakit mengetuk hati yang menolak ,dan tidak akan pernah menerima. Kelak , semua akan tersimpan ,hanya milikku dalam tetesan tinta adanya dirimu yg menjelma menjadi segaris kalimat. Lalu, bila aku jenuh dengan dunia, aku hanya harus memasukinya dan bercengkrama dengan semua tentang kita. tentang kayu yang menjadikan abu , tentang rindang yang menjadi gersang , tentang tulang belulang , tentang skenario cerita dengan subplot intervensi , dan tentang tulisan yang masih meneteskan tinta tentangmu.
Kamu harusnya mengerti sampai hari esok pun aku tetap mencintaimu.walau harapan ku kini menjadi abu yang usang. Kamu selalu ada dan kekal mencipta cinta di hatiku. Meski itu tidak mengharuskan aku menunggumu. Karena cinta, seperti yang terus kita lafalkan, hanya kan bermakna bila ia menjadikan kita hidup yang seharusnya. Aku mengerti bahwa semua tak harus kumiliki , meskipun semua kupertahankan . dan pada akhirnya ,yang harusnya hilang adalah aku. Bukan kamu atau siapapun dia. Seketika aku lenyap dari pandangan, aku tak benar-benar hilang karena pada dasarnya aku tetap ada , berada di belakangmu ----- memeluk erat rengkuh pinggang menggenggam nya kencang. Tetap lihatlah kedepan , jgn hiraukan pelukanku dan menghalau cinta yang tersembunyi. Aku tentu saja sedih , karena bagaimanapun aku sama seperti mereka yang mendamba bersama ‘;;;;;; aku pun jatuh sakit bukan karena aku yg mengalah oleh keadaan , , namun oleh ketidakmampuan diriku memberikan yang terbaik untuk hidupmu. Dan sungguh, tidak sedikitpun aku menyesali fananya kisah kita, karena ia justru mengajarkan aku bagaimana bersyukur atas segenap rupa dan rasa. Kalau pada masa nanti kau tak lagi mampu membaca adaku di hatimu.. tak lagi sanggup menahan jemumu, merobek gelisahmu tentang diriku.. apa yang tersisa untuk kututurkan di belakangmu..? Tunggulah sebentar.. hingga bisa kurebut ragu di rasamu.. kurenggut kelu di benakmu… sungguh, titipkanlah sekejap ikhlasmu untukku pergi --karena, apa yang kau harapkan, kau catatkan, kau deraukan, kau nyanyikan, adalah hamparan makna yang selalu kuteguhkan niat di dalamnya.
Lalu, jika di satu hari kelak kujumpai dirimu lagi, aku ingin menyatakan satu rasa tak berhingga. Bahwa rindu ini masih milikmu. cinta ini pun masih bertutur tentangmu. Meski kamu dan aku di saat itu telah sama-sama renta. Bahkan telah letih akan segala. Sebab, bisa saja itulah pengharapan terakhirku sebelum aku tak lagi bersahabat dengan daya. Aku ingin kisah kita utuh di ujung nafas dan pelupuk yang luruh. Hanya kisah , bukan kita yg utuh dan bersetubuh. Ah, ini semua masih tetesan tinta tentang mu…..