aku: “aku takut…”
kamu: “takut apa?”
aku takut akan tiba hari di mana kamu menemukan perempuanmu. dan saat hari itu tiba, bagaimanakah seharusnya aku bersikap? kuatkah aku? sanggupkah aku? jujur.. sekarang saja aku merasa tidak sanggup, apalagi nanti….
aku takut akan tiba hari di mana kamu tidak akan memperdulikan aku lagi. kamu mulai merasa lelah terhadapku. kamu makin menjauh dan tak teraih lagi olehku, atau bahkan mungkin kamu akan menjadi seperti orang asing bagiku. lalu apa yang harus aku lakukan saat itu?
dan ketakutanku yang terbesar adalah---- aku takut, bagaimana jika suatu hari nanti aku membencimu?
sekarang kamu tahu kan apa ketakutanku…., __ aku benar-benar ketakutan, dan sebelum semua itu terjadi, rasanya aku harus melakukan sesuatu, aku harus mengambil sebuah tindakan…., tapi apa?
biarlah aku mencintaimu dari jauh saja… bukankah matahari memberikan hangatnya dari kejauhan? bukankah bulan menghiasi langit dari kejauhan? dan bukankah bintang membagi sinarnya dari galaksi nan jauh di sana?
aku takut… kamu tahu... semakin hari aku semakin merasa takut T_T , aku semakin lunglai dengan keadaan. sebegini hebatnya aku takut tentang waktu dan perjalanan kita .
aku takut kehilanganmu, aku takut kamu pergi, aku takut kamu menjauh… T_T
kata-katamu kemarin masih terngiang begitu jelas di telingaku. Kalimat-kalimatmu begitu halus, nada suaramu begitu lembut, semua itu membuatku makin tak mampu pergi darimu….
Kamu benar. 100 % benar. Tembok pemisah ini terlampau tinggi, hampir tidak mungkin bagi kita tuk melewatinya. Semua yang kamu bilang itu benar, hanya saja aku masih berusaha mengelak dari kenyataan yang ada. Aku terlanjur melekat dengan daging dan kulitmu, aku merasa amat rapuh tanpamu,aku bahkan tidak yakin bisa kembali menjadi diriku yang dulu lagi. Semuanya tidak akan pernah sama lagi. Aku dan kamu, mulai saat ini pasti akan menjadi pribadi yang berbeda. Di hati kita telah tergores luka yang cukup dalam. Mata kita telah bengkak karena air mata yang terus-menerus mengalir. (nanti)
Hati, badan, dan pikiran kita terasa sakit (nanti). Meski demikian, bibir kita tak kan pernah berhenti berdoa. Aku mencintaimu, karena itu aku tak kan pernah berhenti mendoakanmu. Dan aku tahu, kamu pun di sana kan selalu mendoakan aku.
Dalam helaan nafas tidurmu, dalam mimpi-mimpi indahmu, dalam langit malammu, dalam udara pagimu, dalam rutinitas kerjamu… ada aku di sana… kamu tidak pernah sendirian, binar… hatiku selalu bersamamu, memelukmu saat kamu tertidur pulas, dan membisikkan ayat ayatNYA ,
kamu: “takut apa?”
aku takut akan tiba hari di mana kamu menemukan perempuanmu. dan saat hari itu tiba, bagaimanakah seharusnya aku bersikap? kuatkah aku? sanggupkah aku? jujur.. sekarang saja aku merasa tidak sanggup, apalagi nanti….
aku takut akan tiba hari di mana kamu tidak akan memperdulikan aku lagi. kamu mulai merasa lelah terhadapku. kamu makin menjauh dan tak teraih lagi olehku, atau bahkan mungkin kamu akan menjadi seperti orang asing bagiku. lalu apa yang harus aku lakukan saat itu?
dan ketakutanku yang terbesar adalah---- aku takut, bagaimana jika suatu hari nanti aku membencimu?
sekarang kamu tahu kan apa ketakutanku…., __ aku benar-benar ketakutan, dan sebelum semua itu terjadi, rasanya aku harus melakukan sesuatu, aku harus mengambil sebuah tindakan…., tapi apa?
biarlah aku mencintaimu dari jauh saja… bukankah matahari memberikan hangatnya dari kejauhan? bukankah bulan menghiasi langit dari kejauhan? dan bukankah bintang membagi sinarnya dari galaksi nan jauh di sana?
aku takut… kamu tahu... semakin hari aku semakin merasa takut T_T , aku semakin lunglai dengan keadaan. sebegini hebatnya aku takut tentang waktu dan perjalanan kita .
aku takut kehilanganmu, aku takut kamu pergi, aku takut kamu menjauh… T_T
kata-katamu kemarin masih terngiang begitu jelas di telingaku. Kalimat-kalimatmu begitu halus, nada suaramu begitu lembut, semua itu membuatku makin tak mampu pergi darimu….
Kamu benar. 100 % benar. Tembok pemisah ini terlampau tinggi, hampir tidak mungkin bagi kita tuk melewatinya. Semua yang kamu bilang itu benar, hanya saja aku masih berusaha mengelak dari kenyataan yang ada. Aku terlanjur melekat dengan daging dan kulitmu, aku merasa amat rapuh tanpamu,
Hati, badan, dan pikiran kita terasa sakit (nanti). Meski demikian, bibir kita tak kan pernah berhenti berdoa. Aku mencintaimu, karena itu aku tak kan pernah berhenti mendoakanmu. Dan aku tahu, kamu pun di sana kan selalu mendoakan aku.
Dalam helaan nafas tidurmu, dalam mimpi-mimpi indahmu, dalam langit malammu, dalam udara pagimu, dalam rutinitas kerjamu… ada aku di sana… kamu tidak pernah sendirian, binar… hatiku selalu bersamamu, memelukmu saat kamu tertidur pulas, dan membisikkan ayat ayatNYA ,